Jumat, 27 Januari 2012

Ibuku… Kenapa Engkau Menangis?




Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. ”Ibu, mengapa ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “sebab, ibu adalah seorang wanita, nak”. “aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “ayah, mengapa ibu menangis? Sepertinya ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?” sang ayah menjawab, “semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?” dalam mimpinya, Tuhan menjawab, “saat kuciptakan wanita, aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan , pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukanlah tulang rusuklah yang melindungi hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya ini kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.


Kasih Orang Tua

Kenanglah kedua orangtua mu. Biasanya, di saat orangtua kita masih hidup, tidak mudah bagi kita untuk menghargai kasih sayang mereka. Padahal mereka menebar cinta mereka dalam setiap desah napas, gerak bibir, ayunan langkah mereka. Tak ada yang mereka pikirkan begitu penting selain keluarga mereka, anak cucu mereka, penerus keberlangsungan karya mereka di dunia ini. Bahkan dalam amarah, kekecewaan dan kesedihan mereka selimuti dengan kasih sayang. Bagi kita, ini mungkin nasehat tua yang sudah terlalu sering terdengar. Namun, tak pernah usang, karena orang tua selalu dilahirkan jaman. Mengenang orangtua sebenarnya mengenang keberadaan diri kita sendiri. Kita terlahir dari buah kasih sayang, kita tumbuh dalam naungan kasih sayang, kita pun ditinggalkan dengan lambaian kasih sayang. Memang tak ada yang terlambat, namun sebelum hati terdalam kamu menyesal, kasihilah orangtua mu. Bagi mereka, balasan ini jauh lebih berharga dari apa pun yang pernah diperolehnya. Bagi mereka, itulah bekal sebaik-baiknya untuk menikmati usia senja mereka.

0 komentar:

Posting Komentar